Thursday, August 19, 2010

Verifikasi Model Sistem Pengelolaan Tegakan Hutan Alam Setelah Penebangan dengan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)

VERIFIKASI MODEL SISTEM PENGELOLAAN TEGAKAN HUTAN ALAM SETELAH
PENEBANGAN DENGAN TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)
II

(Verification of System Model of Natural Forest Stand Management after Logging with The Indonesian Selective Cutting and Planting System)
II

Andry Indrawan


ABSTRACT
Lowland Tropical Rain Forest in Forest concession (HPH) PT. Inhutani II, Stagen Pulau Laut, South Kalimantan, and in forest concession PT. Ratah Timber Co, are climax forest under dynamic equilibrium, which are dominated by tree species from Dipterocarps family.
Mechanical logging which is conducted in forest concession area will result in the formation of forest with certain composition and structure. Recovery of the forest is left to proceed naturally and will take a certain amount of time, and will affect the next duration of rotation.
From the simulation result which were made on the basis of data from permanen plot in area of PT. Inhutani II, it was found that respond of simulation or respond of logged over natural forest management system in permanen plot, revealed that cutting cycle I after logging require ± 24 years time, whereas cutting cycle II require ± 37 years time.

Model Sistem Pengelolaan Tegakan Hutan Alam Setelah Penebangan dengan Sistem Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)

MODEL SISTEM PENGELOLAAN TEGAKAN HUTAN ALAM SETELAH
PENEBANGAN DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA (TPTI)
I

(Modelling System of Natural Forest Management after Logging in The Indonesian Selective Cutting and Planting System in Indonesia)
I

Andry Indrawan

ABSTRACT
The present mechanical logging is conducted at production forest and was initiated since the beginning of forest concession operation.
Disturbance toward the Forest in the form of logging will change the equilibrium of forest ecosystem, and therefore this change will affect directly or indirectly the forest stand composition inside the forest. Recovery of logged over forest occurred gradually through secondary succession process.
The research site was in the forest concession area of PT. INHUTANI II, Pulau Laut South Kalimantan. From the simulation result which were made on the basis of data from permanen plot in area of PT. Inhutani II, it was found that respond of simulation or respond of logged over natural forest management system in permanen plot, revealed that cutting cycle I after logging require ± 24 years time, whereas cutting cycle II require ± 37 years time.

Friday, August 13, 2010

Sejarah Perkembangan Sistem Silvikultur Di Indonesia


SEJARAH PERKEMBANGAN SISTEM SILVIKULTUR
DI INDONESIA[1]
Oleh:
Prof. Dr. Ir. Andry Indrawan, MS [2]

Pendahuluan
Negara Indonesia yang terletak di daerah tropika mempunyai kekayaan alam yang berlimpah ruah dan beraneka ragam. Salah satu kekayaan alam Indonesia ini adalah mempunyai berbagai ekosistem hutan yang tersebar dari tepi laut sampai dengan di puncak gunung beserta jenis-jenis kegiatan kehutanannya.
Lahirnya peraturan pemerintah No. 21 tahun 1970 tentang Hak Pengusahaan Hutan dan Hak Pemungutan Hasil Hutan dalam rangka pelaksanaan undang undang no. 5 tahun 1967 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan, Undang2 no 1 tahun 1967 tentang penanaman modal asing dan undang-undang no. 6 tahun 1968 tentang penanaman modal dalam negeri.
Dalam peraturan pemerintah No. 21 tahun 1970 dinyatakan bahwa Hak Pengusahaan Hutan adalah hak untuk mengusahakan hutan didalam suatu kawasan hutan yang meliputi kegiatan2 penebangan kayu, permudaan dan pemeliharaan hutan, pengelolaan dan pemasaran hasil hutan sesuai dengan rencana karya pengusahaan hutan menurut ketentuan2 yang berlaku serta berdasarkan asas kelestarian hutan dan asas perusahaan.
Merosotnya luas dan kualita sumberdaya hutan baik karena Illegal Logging, Perladangan, Illegal Mining, Okupasi masyarakat dan  kebakaran hutan, menyebabkan terganggunya cyclus2 pendukung kehidupan (Siklus Energi, siklus O2 dan Co2  Siklus Hidrologi dan Siklus Nitrogen)  yang dapat mengakibatkan kelestarian Ekosistem hutan (Sustained Forest Management) yang diharapkan  tidak akan dapat dicapai.
Ekosistem hutan juga berfungsi sebagai tempat hidup dan mencari makan  Masyarakat di sekitar hutan (local people), habitat berbagai jenis satwa liar dan tumbuh2an, konservasi biodiversity, konservasi plasma nutfah, Hidro-orologi dan perlindungan alam lingkungan.
Eforia reformasi 1998 dan penebangan liar (illegal Loging) sampai saat ini menyebabkan degradasi pada sumber daya hutan, sasaran penabangan liar (illegal Loging) bukan hanya pada kawasan hutan produksi saja, tetapi sudah masuk kedalam kawasan konservasi (taman nasional, hutan lindung, dan kawasan konservasi lainnya).
Areal Hutan Produksi pada IUPHHK terfragmentasi untuk berbagai kepentingan seperti pertambangan, perkebunan, okupasi masyarakat dan pemekaran wilayah yang demikian cepatnya di Indonesia. Fragmentasi habitat pada areal IUPHHK membutuhkan adanya fleksibilitas pengelolaan yang dapat menyesuaikan dengan kondisi hutan serta berbagai tuntutan terhadap hutan tersebut.